Wednesday, February 09, 2011

Anggapan Dasar Fisika Klasik

Oleh Rachmad Resmiyanto

Fisika Modern merupakan sebuah era fisika baru yang ditengarai dimulai per 1900-an. Ia lahir dengan meruntuhkan anggapan-anggapan yang sudah mapan dalam fisika klasik. Laiknya situasi politik, tentu saja, para fisikawan dibuat kalang kabut dengan keyakinan-keyakinan yang hendak diruntuhkan oleh keyakinan baru dalam fisika. Fisikawan-fisikawan yang tak turut dengan perubahan keyakinan ini bisa dikata sebagai fisikawan-fisikawan penganut status quo.


Era sebelum fisika modern dikenal sebagai fisika klasik. Tokoh-tokoh besarnya antara lain Descartes, Galileo, Johannes Keppler, Isaac Newton,  James Clerk Maxwell, Thomas Young, Fresnell, dan juga Huygens . Fisika klasik kokoh dengan seperangkat keyakinan-keyakinannya. Ada 6 keyakinan (anggapan) yang menjadi sokoguru fisika klasik. Anggapan-anggapan itu yakni:


  1. Alam semesta mirip mesin raksasa dalam kerangka ruang-waktu mutlak. Gerakan rumit bisa dipandang sebagai paduan gerakan sederhana dari bagian-bagian penyusunnya, sekalipun bagian-bagian tersebut tidak bisa dilukiskan.
  2. Hk Newton menyimpulkan setiap gerak memiliki sebab. Jika sebuah benda bergerak, kita selalu bisa mencari penyebabnya, ini sebab-akibat yang sudah tidak dipertanyakan lagi.
  3. Jika sekarang diketahui keadaan gerak suatu titik, bisa ditentukan gerak di sebarang titik pada masa depan, bahkan masa lalu. Rentetan kejadian yang begitu pasti ini hanyalah konsekuensi dari sebab-sebab sebelumnya. Inilah determinisme.
  4. Sifat-sifat cahaya bisa dilukiskan secara lengkap dengan teori gelombang elektromagnetik Maxwell  dan dibuktikan oleh Thomas Young yang pola interferensi dalam percobaan celah-ganda 1802.
  5. Energi yang bergerak bisa dilukiskan dengan 2 model fisik: pertama adalah partikel, digambarkan sebagai bola pejal seperti bola golf, kedua gelombang, terlihat seperti ombak di permukaan laut. Keduanya terpisah dan berdiri sendiri. Artinya, energi bisa dinyatakan sebagai partikel atau gelombang.
  6. Mungkin saja untuk mengukur sifat sistem –misalnya temperatur dan kecepatannya- dengan ketelitian tak terbatas. Pengamat hanya perlu mengatur ketelitian yang diinginkan atau menyesuaikan ketelitian yang diperoleh secara teoretik. Sistem atomik pun tidak terkecuali.

No comments:

Post a Comment