Saturday, January 16, 2010

Pelatihan PhET di MGMP Fisika SMA Kulon Progo

Rachmad Resmiyanto

Pembelajaran fisika yang holistik menuntut aktivitas-aktivitas kelas berpusat pada siswa, bermakna, dan otentik. Pembelajaran holistik menggunakan pengetahuan awal, pengalaman, dan minat siswa dalam pembelajaran serta mendukung pengkonstrksian pengetahuan secara aktif. Pembelajaran holistik juga menyediakan makna dan tujuan belajar serta melibatkan para siswa dalam interaksi sosial untuk mengembangkan pengetahuan. Oleh karena itu, tidak bisa tidak, pembelajaran fisika tetap harus melibatkan penggunaan laboratorium fisika untuk mendukung proses pembelajaran yang berlangsung agar merupakan pembelajaran yang unggul.


Penyempurnaan kurikulum sekarang, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ditujukan untuk mengembangkan sikap ilmiah, kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, keterampilan, kemandirian dan kreatifitas. Model pembelajaran fisika yang dapat mendukung kecakapan-kecakapan di atas merupakan pembelajaran yang banyak menekankan pada kegiatan laboratorium fisika. Namun, berdasarkan penelitian Sumadji pada tahun 1989 (Sudarmadi dan A. Hinduan, 2008) ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran fisika yang berbasis laboratorium fisika tidak dilaksanakan secara ekstensif. Ini dikarenakan hanya sedikit guru di sekolah menengah yang kompeten dalam menggunakan laboratorium secara efektif. Hambatan-hambatan yang menjadi kendala bagi guru dalam melakukan kegiatan laboratorium fisika diantaranya ialah sarana laboratorium, pengelolaan laboratorium, serta alat-alat dan bahan praktikum.

Penelitian Sumadji di atas ternyata masih cukup relevan sampai sekarang. Pada tahun 2008 ini, data penggunaan laboratorium IPA di 19 SMA se-Kabupaten Kulon Progo rata-rata hanya sekitar 2,21 jam per pekan. Sedangkan untuk 5 MA se-Kabupaten Kulon Progo lebih memprihatinkan lagi yaitu sebesar 0 jam per pekan. (http://www.pendidikan-diy.go.id).

Padahal, berdasarkan penelitian Sudarmadi dan A. Hinduan (2008) di SMA se-kabupaten Kulon Progo, kompetensi guru fisika SMA dalam memanfaatkan alat laboratorium yaitu kompetensi guru dalam menentukan alat praktikum sudah baik sebesar 72%, kompetensi guru dalam merawat dan memperbaiki alat-alat praktikum masih rendah sebesar 37,83%, dan kompetensi guru fisika SMA dalam menyusun rancangan praktikum masih cukup baik sebesar 69,67%. Masih menurut Sudarmadi dan A. Hinduan (2008), faktor-faktor yang menjadi penghambat kegiatan laboratorium dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu sarana dan prasarana sebesar 22,20%, pengelolaan laboratorium sebesar 59,29%, dan laboran sebesar 27,30%.

Berdasarkan permasalahan yang sudah diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa pembelajaran fisika yang unggul dapat dicapai dengan melakukan pembelajaran fisika berbasis laboratorium. Mengingat pemanfaatan laboratorium yang masih minimal dan hambatan-hambatan kegiatan laboratorium, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika yang unggul perlu dilakukan upaya pembelajaran lain yang dapat mengganti peran laboratorium yang sudah ada.

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang berjudul Implementasi Physics Education Technology sebagai Laboratorium Maya untuk Pembelajaran Fisika (Sasaran: MGMP Fisika SMA Kabupaten Kulon Progo) ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Selasa, 7-10 November 2009 di SMA Negeri 1 Wates Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan pelatihan ini dilakukan sebanyak 3 sesi setiap harinya sehingga keseluruhan sesi ada sebanyak 9 sesi.

Jumlah guru yang diundang untuk mengikuti kegiatan ini oleh Ketua MGMP Fisika SMA Kab. Kulonprogo sebanyak 34 guru fisika. Jumlah ini merupakan jumlah seluruh guru fisika yang ada di kabupaten Kulon Progo. Tetapi, jumlah guru yang hadir sebanyak 20 orang saja. Seperti kegiatan-kegiatan MGMP Fisika SMA Kab. Kulon Progo sebelumnya, jumlah guru yang aktif dalam kegiatan MGMP hanya berkisar sekitar 20-23 orang guru fisika.

Berdasarkan indikator keberhasilannya, kegiatan ini dapat berhasil dilaksanakan meskipun juga ditemukan beberapa kendala terutama terkait dengan tingkat kemahiran para guru menggunakan komputer. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
  1. Guru sadar akan pentingnya mengajak siswa untuk melakukan pembuktikan konsep-konsep fisika yang dipelajari
  2. Guru dapat memilih jenis kegiatan untuk mendukung pembelajaran fisika di kelas, yaitu demonstrasi, praktikum atau tugas mandiri terkait dengan konsep yang dipelajari dengan tujuan untuk memperdalam konsep tersebut
  3. Guru dapat menyusun desain pembelajaran berdasarkan simulasi fisika dalam PhET
  4. Guru dapat menggunakan simulasi fisika PhET untuk menunjang kegiatan pembelajaran fisika di kelas sehingga pembelajaran fisika menjadi jauh lebih menarik sebab para siswa harus terlibat aktif dengan software simulasi yang ada
  5. Guru tidak lagi merasa terbatasi fasilitas laboratoriumnya untuk menunjang pembelajaran fisika sebab dapat digantikan oleh simulasi PhET


Foto suasana pelatihan (Foto oleh Rachmad Resmiyanto)

Foto suasana pelatihan (Foto oleh Rachmad Resmiyanto)



Foto bersama usai pelatihan (Foto: Gunardi)


Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departmen Pendidikan Nasional sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor: 090/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009

1 comment: