Wednesday, March 31, 2010

Membuka Kenangan Kala Bersama Guru-guru SMU

Mengingat masa SMA memang membahagiakan. Banyak jejak kisah jenaka di sana. Tepat 12 tahun lalu, tatkala peristiwa itu terjadi, barangkali kita diselimuti rasa malu, jengkel atau bahkan marah. Tapi sekarang kita akan senyum bahagia tiap kali membincangkan itu. Aku senang bisa bertemu lagi di sini. Ketika mengingat masa itu, Aku hanya berjarak 30 kilometer dari tempat kejadian. Sepertinya betul-betul asyik bagi teman-teman yang berjarak berpuluh-puluh kota dari Klaten.


Semoga Aku tak salah ingat. Aku punya nomor urut 33. Angka sesudahku ditempati oleh Ratna Kudungan, kemudian Retno Delanggu. Perina Kwek, teman Cina kita, yang sering dielus tangannya oleh Guru Bahasa Indonesia, berada di nomor 32. Perina pernah sebangku denganku. Aku gugup dan sedikit gemetar ketika ia dielus tangannya oleh Pak Sigit Sugiman. Aku selalu membenahi posisi dudukku dan berusaha menyembunyikan tanganku.

Beberapa adat guru ketika di depan kelas memang menarik untuk diamati. Barangkali, semua diri kita merupakan pengamat yang baik untuk itu. Guru Biologi yang sering membenahi gelang tangannya adalah BU Monera.Aku lupa namanya. Aku mengindeks dia dalam ingatanku dengan judul bab yang ia ajarkan pertama kali, Fungi dan Monera. Guru ini tinggal di Jimbung. Ia naik motor dinasti Yamaha, tipenya Alfa.

Ada Guru Ekonomi yang sering bilang "ya mas ya". Ia bernama Muryati. Suatu ketika ada yang iseng nyeletuk, "dari tadi kok mas terus yag disebut bu, mbak nya mana?" Ada-ada saja teman-teman itu. Ibu ini tidak naik motor, ia ke sekolah naik Colt.

Pak Warson mengajar akutansi. Tiap mengajar ia selalu bikin ketawa. Sesekali ia sambil menghisap rokok. Kalau tak salah, ia bawa cerutu, sigaret yang besarnya seukuran jempol orang dewasa. Guru ini cukup kaya. Ia naik kijang ke sekolah. Hampir seluruh LKS di cetak di perusahaan dia. Nama percetakannya CV. Putera Pelajar.

Beberapa guru perempuan ada yang berpostur kurang tinggi. Guru Sejarah, kalau Aku tak salah namanya Endang. Kulitnya kuning bersih dan pakai kacamata dengan bingkai yang juga warna kuning. Ia sangat jarang berdiri di depan kelas. Tiap mengajar, ia selalu duduk di bangku guru. Aku sering harus mencari posisi duduk yang enak agar bisa melihatnya bercerita.

Ada lagi guru perempuan yang kurang tinggi. Ia mengajar matematika bab persamaan kuadrat dan kemudian induksi. Aku suka dengan cara ngajarnya, tapi tak suka dengan soal ujian dia. Ia pernah bikin soal yang bikin pusing. L. Didi Andrianto pernah dapat nilai 11 dari total nilai tertinggi 10. Guru ini berkulit agak gelap, rambut lurus di atas bahu dan berhidung kecil. Aku susah mengingat namanya.

Guru Matematika yang lain bernama Sukirno. Ia mengajar Trigonometri. Bapak satu ini tak ukup jenaka. Ia jayus. Ia pernah bilang, "Kalau saya banyak memberikan tugas itu tidak berarti saya kejam ya." Mimiknya tak mendukung leluconnya. Seingatku, kita tertawa karena justru kejayusannya.

Mata pelajaran Fisika diajar oleh Soemarso dan Suzanna. Soemarso berambut keriting. Ia slalu bawa tas jinjing warna hitam. Sorot matanya tersembunyi di balik kacamata. IA punya kumis tipis yang dipelihara. Raut mukanya sedikitpun tak menunjukkan ekspresi. Orang macam aku tentu saja merasa takut dan sellalu degdegan tiap diajar dia. Aku ingat, ia naik motor yamaha laki warna merah, sepertinya masih generasi motor jadul, mungkin L200. Setahun kemudian, Istri Soemarso juga turut mengajar fisika di SMA 1. Ketika kelas 2F, Aku diajar oleh dia. Yang unik, rambut Bu Soemarso persis sama dengan Pak Soemarso, sama-sama keriting. Seorang teman nyeletuk nakal, "Apa dulu sukanya gara-gara sama keriting ya?"

Barangkali, diantara semua guru, yang paling disuka ketika ulangan adalah guru geografi. Kita tak perlu belajar mati-matian. Syarat dapat nilai bagus cuma satu, tulis yang ada di kepala sebanyak-banyaknya. JIka kertas ulangan kita masih sisa, pokoknya tulis apapun sampai kertas kelihatan "kebak". Besuk ketika ulangan dibagikan, kita pasti tersenyum lebar, nilai ulangan dapat angka 9 atau 10.

Mata pelajaran agama kita diajar oleh Pak Soewanto, asli desa Genengan, desa sebelahku. Sayang, ia kemudian pindah ke Yogya. Cara ngajar Pak Soewanto menurutku enak. Ia pintar bikin ketawa. Ia juga pintar bikin istilah-istilah aneh. Kala itu, Aku pernah mencatat dalam buku tulis, begini bunyinya, SUAMI = Sumber Usaha Atas Milik Istri, ISTRI = IStana Tempat istiRahat suamI, ANAK = Angger Nurut Aturan Kepenak. Pak Soewanto digantikan oleh Pak Ridwan. Bapak ini naik Vespa seperti Pak Sigit Sugiman. Banyak anak yang takut pada Pak Ridwan. Aku tentu saja menjadi bagian anak yang takut itu.

Suatu ketika, Pak Ridwan meminta untuk mengacungkan tangan bagi yang tak pengajian. Salah satu yang mengacungkan tangan adalah Retno Delanggu. Ia sampai sesenggukan saking takutnya sama Bapak yang satu ini. Utunglah, saat itu aku bisa lolos dari tatapan Pak Ridwan. Aku senang.

Di awal masa perkenalan kelas, Fajar, anak kelas 3 yang jadi ketua Rohis dan bergabung di kepanitian Penataran P4, mengumumkan nama wali kelas kita. Ia berseru, "Nama wali kelas kalian adalah Bu Merry. Kita biasa memanggilnya Bu Merry. Nama aslinya adalah Maryatun".

Aku berbisik pada Perina, "Wah, wali kelase lemu iki".

"Kowe wes tahu ketemu po?", timpal Perina.

"Lha jenenge nganggo akhiran TUN, biasane wonge lemu yen jenenge nganggo tun"

Ketika tiba waktunya bagi guru wali untuk masuk kelas, Perina terkejut dan akhirnya ngakak bersama aku. Sejak itu, aku semakin yakin, siapapun yang punya nama dengan akhiran TUN, ia pasti lemu ginuk-ginuk.

Guru Maryatun mengajar PPKn. Tiap ke sekolah ia mengendarai motor Astrea Star dengan sayap depan berwarna putih. Ia sekecamatan denganku. Tiap periksa ke Puskesmas, ia mendatangi Puskesmas yang sama denganku. Suatu kali, aku pernah bertemu di Puskesmas. Kami terlibat obroona ringan. Saat itu, aku masih mahasiswa. Rumahnya dekat sekali dengan Rowo Jombor. Aku pernah dengar kabar, ia punya satu warung apung di sana. Jika benar kabar itu, aku rasa betapa asyik reunian di warung apungnya bersama Guru Maryatun.

No comments:

Post a Comment