Ketika kita bekerja di fisika, kita hanya menjumpai paradigma tunggal
saja, maka fisika di asia, amerika dan eropa sama. Orang bilang bahwa
inilah universalitas fisika.
Padahal sejatinya inilah bentuk penjajahan budaya "ilmiah" eropa dan amerika.
Di ilmu sosial, ada banyak paradigma yg dapat bekerja dalam waktu yg sama.
=========
Pak J:
Paradigma itu apa tha?
Saya:
Paradigma itu bisa seperangkat asumsi, nilai yg diyakini ilmuwan. Bisa juga cara pandang ilmuwan.
Pak J:
Apakah paradigma terikat oleh budaya tertentu atau ras tertentu?
Saya:
Paradigma terkait dengan budaya, bahkan agama bisa mempengaruhi paradigma. Kalau dengan ras, saya belum mengetahui nya.
Pak J:
Bukankah agama itu juga sebuah paradigma? Dan budaya adalah konsekuensi sebuah paradigma?
Saya:
Betul
Bapak. Agama juga merupakan cara pandang, paradigma. Tentu saja yg kita
maksud paradigma di sini ialah sesuatu yg secara khusus di fisika.
Bagaimana cara fisikawan memandang alam, itu disebut paradigma. Oleh
karena itu, dalam konteks ini, paradigma sangat bisa dipengaruhi pleh
agama dan budaya sang fisikawan.
Dalam
pembicaraan di lain tempat,kita bisa langsung menyatakan bahwa agama
merupakan paradigma sebab tiap agama akan menawarkan cara pandang yang
khas.
Pak A:
Apa
bapak bisa menjelaskan dengan lebih spesifik pada bagian & ranah
yang manakah bentuk penjajahan budaya "ilmiah" eropa dan amerika
mengintervensi metodologi atau kerja dalam fisika?
Saya:
Pandangan
kita ttg alam semesta saja sudah bukan pandangan yg turut pada leluhur
dan juga keyakinan agama kita. Kita bisa melacaknya sejak ontologi,
epistemologi dan aksiologi fisika kita
Bu A:
ontologi, epistemologi, dan aksiologi kie opo mas?
Saya:
Ringkasnya,
ontologi itu bicara objek kajian, epistemologi bicara cara mengetahui
objek kajian dan aksiologi bicara setelah mengerti ttg objek kajian itu,
njuk arep ngopo (tujuan)
Ontologi
fisika kita hanya mengakui objek-objek yang inderawi. Oleh karena itu
pengetahuan apapun tentang material yg tidak inderawi akan ditolak dan
dianggap tidak ilmiah.
Pak J:
Objek yang tidak inderawi itu seperti apa?
Saya:
objek
tidak inderawi itu objek yang manusia tidak dapat mengukurnya dengan
angka (Kelvin) atau tidak dapat membahasakannya dengan matematika
(Galileo).
Pak J:
Contohnya?
Saya:
contoh
yang barangkali paling ekstrim ialah ruh. dalam keyakinan seorang
muslim, setiap benda itu memiliki ruh. dalam budaya animisme dinamisme,
keyakinan ini juga dapat kita temukan. tapi pandangan fisika tidak
mengakui keberadaan ruh dalam setiap benda. oleh karena itu pandangan
fisika tentang aktivitas kebumian (misalnya gempa) dan aktivitas gunung
api akan berbeda.
KEtika
di Madinah terjadi Gempa, Umar bin Khattab langsung berseru "maksiat
apa yang sudah dilakukan oleh penduduk madinah ini sehingga terjadi
gempa". pandangan fisika hanya akan sampai pada sebatas fenomena lempeng
bumi yang bergerak saja. titik. fisika. tidak akan sampai pada kaitan
bumi sebagai makhluk dan manusia sebagai makhluk yang hidup di atasnya.
Demikian
juga kasus Merapii 2006 yang melibatkan Mbah Maridjan dan para
vulkanolog. Idiom-idiom yang digunakan sudah menunjukkan keyakinan yang
berbeda. Vulkanolog dan kita menyebut aktivitas Merapi dengan meletus,
bencana, wedhus gembel dst. Mbah Maridjan menggunakan idiom keraton
merapi, sedang bersih-bersih, dan melarang menyebutnya sebagai wedhus
gembel karena dianggap sebagai ungkapan penghinaan kepada merapi.
Saya
tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada 2006 di Merapi, tetapi
akhirnya kita semua mengetahui bahwa pada 2006 itu Merapi tidak jadi
erupsi besar ()
persis
seperti keyakinan mbah maridjan yang tidak mau turun gunung karena
meyakini bahwa merapi tidak akan meletus. vulaknologo saat itu meyakini
berdasarkan data-data yang dikumpulkan bahwa merapi akan meltus.
Demikian
juga misalnya peristiwa petir. Fisika kita hanya sampai pada fenomena
listrik statis. Peradaban yunani dengan mitoloinya meyakini bahwa petir
adalah ungkapan kemarahan hercules. Peradaban cina meyakini bahwa petir
adalah ungkapan kemarahan dewa langit. Dalam islam, ketika terjadi petir
kita dianjurkan untuk berdzikir, berlindung kepada Allah (dari
murka-Nya).
Pak J:
Mengapa disebut 'fisika' atau 'physics'?
Saya:
Tentang
fisika. sejauh yang saya tahu, istilah physics sudah digunakan
aristoteles. tapi pada masa peradaban islam, keilmuan ini tidak dinamai
dengan fisika tapi ilmu thabi'ah (watak). pada masa newton, ia
menyebutnya sebagai filsafat alam.
pada abad ke-19 mulailah digunakan kembali istilah physics
Friday, August 07, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment