Wednesday, March 18, 2009

Menariknya Gagasan Islamisasi Sains

Rachmad Resmiyanto


ISLAMISASI SAINS merupakan bagian dari islamisasi ilmu pengetahuan modern, merujuk kepada ilmu pengetahuan yang berdasarkan pandangan Barat sekuler, ilmu yang ditemui dan disebarkan oleh peradaban Barat (Hashim, 2005).

Gagasan Islamisasi sains terbit dari premis bahwa sains tidak pernah bebas nilai dan juga tidak pernah bersifat sejagat (universal). Sains yang telah tersebar saat ini telah melalui proses sekulerisasi dan westernisasi yang bukan saja tidak harmonis dengan kepercayaan umat Islam tetapi justru membahayakan keimanan.

Sains dapat menjerumuskan umat Islam untuk mempercayai bahwa alam semesta ini tidak berasal dari proses penciptaan, tetapi ada selama-lamanya, sejak waktu tak berhingga yang telah lampau sampai waktu tak berhingga yang akan datang (Baiquni, 1995).

Pemikiran seperti ini tentu saja amat berbahaya bagi keimanan. Namun, pemikiran seperti ini mempunyai landasan teoretis dan bukti eksperimen di laboratorium. Dengan demikian, pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang kokoh dalam segi keilmuan.

Oleh karena itu, beberapa orang kemudian mencoba untuk mendamaikan antara temuan-temuan sains dan ayat-ayat Quran. Pustaka-pustaka seperti ini jumlahnyacukup melimpah. Baiquni (1995) menyatakan bahwa banyak ayat-ayat Quran yang sepaham dengan temuan-temuan sains sekarang. Misalnya, tentang teori Big Bang yang sampai saat ni dipercaya sebagai teori yang paling kokoh sebagai teori penciptaan alam semesta semakna dengan ayat 30 surat Al Anbiya’.

Febri (2007) menggunakan teori Relativitas Einstein untuk meninjau dan menjelaskan aspek kekekalan akhirat. Firdaus (2004) berusaha memaparkan fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta berdasarkan Al Quran. Akbar, dkk (2007) justru melakukan langkah yang sangat berani dengan melakukan klaim bahwa Teori Gravitasi Newton dan Teori Gravitasi Einstein adalah benar ditinjau dari perspektif Al-Qur’an.

Sedikit berbeda, Agung R (2007) yakin dapat melakukan implementesi pendekatan Integrasi-Interkoneksi antara ilmu fisika dan ilmu-ilmu agama pada level materi maupun filosofi. Ia memberikan tawaran beberapa kemungkinan model yang dapat dikembangkan, yaitu

  1. Konsep-konsep ilmu fisika diintegrasi-interkoneksikan dengan konsep-konsep ilmu agama.
  2. Konsep-konsep ilmu fisika diintegrasi-interkoneksikan dengan filosofi (nilai-nilai) yang terkandung dalam konsep-konsep ilmu agama.
  3. Filosofi (nilai-nilai) yang terkandung dalam konsep-konsep ilmu fisika diinetgrasi-interkoneksikan dengan konsep-konsep ilmu agama.
  4. Filosofi (nilai-nilai) yang terkandung dalam konsep-konsep ilmu fisika diintegrasi-interkonesikan dengan filosofi (nilai-nilai) yang terkandung dalam konsep-konsep ilmu agama

Sayangnya, tawarannya kemudian hanya berhenti pada titik itu saja.

Upaya mendamaikan fisika dan Quran ternyata tidak hanya dilakukan oleh kalangan akdemisi dari fisika saja, tetapi juga menarik minat kalangan agamawan. Shihab (1995) mengatakan bahwa apa yang disebutkan dalam Al Anbiya’:30 dibenarkan oleh observasi para ilmuwan. Ia juga berkesimpulan bahwa alam semesta yang berekspansi sejalan pula dengan Adz Dzariyat:47.

Semangat pustaka-pustaka di atas yang mencoba untuk mendamaikan sains (fisika) dan agama patut dihargai. Namun demikian, penghargaan ini tidak boleh sampai kemudian menutup kritik terhadap apa yang sudah dilakukan. Dalam beberapa pustaka tersebut, tidak ada satupun yang mengupas persoalan tiga landasan keilmuan, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Apa yang sudah dilakukan terkesan hanya sekedar menjodohkan (link and match) antara temuan sains dan ayat-ayat suci saja. Hal ini tentu saja amat berbahaya sebab keduanya memiliki sifat mendasar yang sangat berbeda. Ayat-ayat suci bersifat abadi dan temuan-temuan sains selalu bersifat sementara. Artinya ada kemungkinan bahwa kelak apa yang dibenarkan oleh sains hari ini akan dianggap salah. Jika sejak awal temuan sains tersebut sudah dipautkan dengan sebuah ayat suci, maka dengan sendirinya ayat suci tersebut juga harus salah. Dan ini jelas tidak mungkin Oleh karena itu, upaya untuk mengulas islamisasi sains dari perspektif filasafat ilmu merupakan topik yang menarik untuk diteliti.

Kepustakaan:
  1. Agung R., Frida,. 2007. Fisika Integrasi-Interkoneksi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA UNY
  2. Akbar, M., Kurdi, M., dan Supriyadi, 2008. Kebenaran Teori Gravitasi Newton dan Teori Gravitasi Einstein Ditinjau dari Perspektif Teori Gravitasi dalam Al-Qur’an, Prosiding Seminar Sains dan Pendidikan Sains 2008 UKSW
  3. Al Attas, Syed Muhammad Naquib,. 1995. Islam dan Filsafat Sains. Bandung. Mizan
  4. Bagir, Zainal Abiudin,. 2006. Sains dan Agama-agama: Perbandingan Beberapa Tipologi Mutakhir. Dalam Ilmu, Etika dan Agama. Yogyakarta. Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS)
  5. Shihab, M. Qurais,. 1997. Mukjizat al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib. Bandung. Mizan
  6. Baiquni, Achmad,. 1995. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ed.1, Cet.3. Jakarta. Dana Bhakti Wakaf
  7. Hashim, Rosnani,. 2005. Gagasan Ilmu Pengetahuan Kontemporer: Sejarah, Perkembangan, dan arah Tujuan. Dalam Islamia Tahun II No.6 1426/2005. Jakarta. INSIST
  8. Febri P.A., 2007. Menyibak Misteri Kekal Akhirat tinjauan Ilmu Fisika. Yogyakarta. Kreasi Total Media
  9. Firdaus, Feris,. 2004. Alam Semesta: sumber ilmu, Hukum, dan Informasi Ketiga Setelah Al Quran dan As Sunnah. Yogyakarta. Insania Cipta Press

No comments:

Post a Comment