Rachmad Resmiyanto
BARU SEKITAR EMPAT DASAWARSA terakhir ini saja wacana tentang hubungan sains dan agama bisa dikatakan menemukan bentuk barunya. Sejatinya, wacana ini telah lama amat dibahas, namun baru pada beberapa dasawarsa belakangan ini wacana sains dan agama tumbuh subur secara sistematik. Hal ini mengandung maksud, selayaknya sebuah bidang kajian, wacana ini juga mengundang perdebatan tentang pendekatan, metodologi dan ruang lingkupnya. Wacana ini semakin subur ketika banyak forum-forum ilmiah yang memberi ruang bagi debat-debat tersebut, misalnya seminar dan konferensi ataupun jurnal-jurnal ilmiah yang sengaja mengkhususkan bidang kajiannya pada wacana ini. Wacana ini juga semakin ramai karena ternyata buku-buku yang mencoba mengupas wacana sains dan agama jumlahnya juga melimpah.
Bagir dkk. (2006) menyebutkan bahwa wacana sains dan agama masih bisa dikatakan berada pada aras dasar sebab karya-karya baru yang ditulis masih berkutat pada bagaimana menarik batas-batas dari bidang yang amat luas ini, termasuk di dalamnya adalah menetapkan apa agenda utamnaya, isu yang dibahas dan juga metodologinya.
Lebih lanjut, Bagir dkk (2006) menyatakan bahwa setiap agama mempunyai pandangan yang berbeda tentang sains. Setiap agama akan menghadirkan tipologi yang beragam terkait bagaimana kepercayaannya memandang relasi dirinya dengan sains. Dalam sudut pandang agama Islam, ini bisa disebut sains Islam dan yang lebih radikal dari itu adalah islamisasi sains.
Sejarah filsafat ilmu telah mencatat bahwa pernah terjadi tragedi keilmuan tatkala teori Heliosentris yang diumumkan oleh Copernicus dan Galileo dicap sebagai pemikiran sesat oleh gereja. Sementara itu, begawan fisika Isaac Newton hanya menempatkan Tuhan sebagai penutup sementara lubang kesulitan yang belum terpecahkan dan terjawab dalam beberapa teorinya. Setelah kesulitan itu terjawab, maka secara otomatis intervensi Tuhan tidak lagi diperlukan. Bahkan, suatu saat ketika Napoleon Bonaparte bertanya kepada Laplace tentang peran Tuhan yang tidak disinggung dalam karyanya, Laplace menjawab dengan tegas bahwa peran Tuhan tidak diperlukan dalam penjelasan keteraturan alam raya ini.
Seturut dengan keimanan Islam, fisika sebagai subjek ilmu yang berusaha menjelaskan keteraturan alam semesta tentu harus juga bisa menjelaskan bagaimana peran Tuhan dalam keteraturan tersebut. Selama ini, buku-buku teks fisika seolah-seolah melepaskan begitu saja peran Tuhan. Jika ditarik dalam sebuah kesimpulan sederhana, dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara Tuhan (agama) dan fisika sebagai subjek ilmu.
Pemahaman seperti ini amat berbahaya sebab bisa menyebabkan kecakapan ilmu yang dimiliki menjadi terbelah. Lambat laun ini akan mengarah pada pemisahan agama dan ilmu pengetahuan.
Beberapa karya yang ada kemudian mencoba memasuki wacana sains dan agama ini. Beberapa karya dari Indonesia yang bisa disebutkan antara lain Akbar dkk (2008), Agung R (2007), Febri P.A. (2007), Firdaus (2004), Shihab (1997) dan Baiquni (1995). Sayangnya, karya-karya tersebut lebih terkesan sekedar justifikasi (pembenaran) temuan-temuan sains dengan ayat-ayat suci. Dan tindakan seperti ini bisa dikatakan sebagai tindakan yang gegabah dan ceroboh sebab fakta-fakta sains bisa salah (Al Attas, 1995). Oleh karena itu, mengupas wacana sains dan agama tanpa melihatnya dari sudut pandang filsafat ilmu sama saja hanya akan menemukan fatamorgana akademis.
Kepustakaan:
Agung R., Frida,. 2007. Fisika Integrasi-Interkoneksi. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA UNY
Akbar, M., Kurdi, M., dan Supriyadi, 2008. Kebenaran Teori Gravitasi Newton dan Teori Gravitasi Einstein Ditinjau dari Perspektif Teori Gravitasi dalam Al-Qur’an, Prosiding Seminar Sains dan Pendidikan Sains 2008 UKSW
Al Attas, Syed Muhammad Naquib,. 1995. Islam dan Filsafat Sains. Bandung. Mizan
Bagir, Zainal Abiudin,. 2006. Sains dan Agama-agama: Perbandingan Beberapa Tipologi Mutakhir. Dalam Ilmu, Etika dan Agama. Yogyakarta. Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS)
Shihab, M. Qurais,. 1997. Mukjizat al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Ghaib. Bandung. Mizan
Baiquni, Achmad,. 1995. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ed.1, Cet.3. Jakarta. Dana Bhakti Wakaf
Febri P.A., 2007. Menyibak Misteri Kekal Akhirat tinjauan Ilmu Fisika. Yogyakarta. Kreasi Total Media
Firdaus, Feris,. 2004. Alam Semesta: sumber ilmu, Hukum, dan Informasi Ketiga Setelah Al Quran dan As Sunnah. Yogyakarta. Insania Cipta Press
No comments:
Post a Comment