Rachmad Resmiyanto
Saya baca wawancara Taufik Ismail dalam tabloid Suara Islam versi cetaknya semasa bulan masih Ramadhan, sore hari di Ruang Rapat JPMIPA. Saya tak tahu itu tabloid milik siapa, tergelatak di meja begitu saja. Saya bolak-balik dan saya dapat wawancara yang menarik. Karena wawancara itu, hingga saat ini saya tak ada greget untuk nonton Sang Pencerah. Beberapa teman usai menonton film itu mengisahkan pada saya narasi tentang Kiai Dahlan dan gerakan Muhammadiyah. Narasi itu sudah umum kita dengar sejak belia.
Banyak yang bangga dengan narasi itu. Hampir semua yang bercerita pada saya, semua berkisah dengan penuh antusiasme dan semangat menyala. Sepanjang cerita, decak kekaguman selalu bertebaran di mana-mana. Itulah narasi yang umum tentang pergerakan ini, persyarikatan Muhammadiyah.
Bagi saya pribadi, film itu telah menyempitkan arti penting kelahiran dan perjuangan Muhammadiyah. Narasi yang hendak dibangun telah mengaburkan peran Muhammadiyah dalam memerdekakan republik.
Muhammadiyah adalah gerakan pengikut Muhammad yang hendak bikin perlawanan menentang Belanda. Muhammadiyah lebih dari sekedar gerakan purifikasi dalam pemahaman keislaman di tanah Hindia Belanda. Muhammadiyah punya visi besar terhadap kemerdekaan tanah ini. Ini bisa dibaca lewat situasi sosial politik kala itu.
Saya sedih, banyak puja puji terhadap film ini. Saya rasa inilah pentingnya sejarah. Peran umat islam dalam memerdekakan republik ini secara perlahan dan pasti hendak dikaburkan. Tanah yang dulu sangat identik dengan identitas keislaman ini kini hendak dijauhkan dari Islam. Barangkali banyak yang lupa bahwa tanah ini bisa merdeka karena seruan jihad berkumandang di seluruh Nusantara. Tanah kita begitu suburnya sebab disiram dengan darah para syuhada.
Kelak, anak cucu kita pasti hampir tak akan mengenal sejarah bangsa ini yang tegak di atas perjuangan kaum muslimin. Narasi sejarah bangsa ini perlu segera diluruskan. Saya rasa, Muhammadiyah harus punya banyak guru sejarah. Universitas Ahmad Dahlan perlu bikin prodi baru, Pendidikan Sejarah. Guru-guru sejarah inilah yang sepanjang hidupnya kelak akan terus bercerita kepada anak cucu tentang sejarah yang sebenarnya terjadi di negeri ini. Inilah salah satu negeri yang diberkati.
Warungboto, 11.10.2010
Wednesday, January 12, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment