Tuesday, September 21, 2010

Cahaya Hegarsari


Oleh Rachmad Resmiyanto

kudengar sebuah kisah betapa agungnya

ibrahim sedang mencari tempat berhenti
di sebuah gurun yang tak ada pohon dan air
tiada juga manusia di sana berdiam diri
tempat untuk meninggalkan istri dan sang bayi
demi taat pada wahyu suci
inilah cara berserah diri pada Allah Yang Maha Tinggi


kudengar sebuah kisah betapa agungnya

ibu Musa menghanyutkan bayi dalam sebuah peti
di sungai Nil bayi itu mengalir pergi
menuju istana Firaun yang benci tiap bayi lelaki
begitulah suara suci yang masuk ke dalam hati
inilah cara berserah diri pada Allah Yang Maha Tinggi

kudengar sebuah kisah betapa agungnya

di Hegarsari aku bercakap dengan pak Amir
dua puluh enam tahun lalu masih hutan di sana sini
kini suara adzan sudah meninggi di tempat ini

bukan harta dan pangkat yang diburu
semua hanya kenikmatan semu
hidup dengan tanah, ketela dan garu
tak ada tetangga bukan alasan ragu
sebab hanya Allah yang dituju
ridha Allah saja yang dirindu
hanya itu dan tak ada yang selain itu
inilah cara berserah diri pada Allah Yang Mahasatu

malam itu aku pulang dengan segenggam rindu
di kereta aku duduk tersipu
betapa sesak dada penuh rasa malu
kucari di mana gerangan kepasrahanku
segenggam rindu kepada Allah Yang Satu

malam itu aku pulang dengan wajah cerah
di kereta aku duduk ceria
betapa terang dada penuh cahaya
di hegarsari aku temukan berkas cahaya

Klaten, 05 Syawwal 1431 H/ 14 Sept 2010

No comments:

Post a Comment