Wednesday, December 22, 2010

Dari Rahim Sampai Kebahagiaan

Oleh Rachmad Resmiyanto

Perempuan merupakan manusia istimewa. Perempuan identik dengan kelembutan. Salah satu bagian tubuhnya punya nama yang sama dengan salah satu Asma al Husna, ar Rahim. Seolah Allah sedang menitipkan kasih sayangnya pada perempuan. Hanya kepada perempuan.

Dari rahim pula, manusia hidup bermula. Ia ada di kandungan selama 9 bulan 10 hari.  Ibu yang melahirkannya kemudian menyusui selama 20 bulan 20 hari. Semua genap 30 bulan lamanya. Di kandungan, biar dapat hidup manusia mendapat asupan makanan lewat darah ibu, merah berwarna. Selama disusui, manusia masih butuh darah ibu dalam wujud air susu ibu, putih berwarna. Al Quran mengabadikan perjuangan ini sebagai perjuangan yang sangat berat.



Menurut buku Api Sejarah, leluhur kita melestarikan warna merah dan putih ini. Tiap bayi lahir disambut dengan bubur merah dan bubur putih. Warna merah dan warna putih menjadi sakral di tanah kita. Pangeran Diponegara semasa mendirikan kekhalifahan di tanah Jawa, 1825-1830, juga pakai warna merah putih untuk bendera. Kini, bendera negara juga merah putih berwarna.

Merah darah dan putih susu merupakan kasih sayang ibu. Di saat kita terlahir, turutlah darah ibu tertumpah. Dalam lukisan pujangga muslim Wage Supratman, tanah air kelahiran disebut tanah tumpah darah yang menjadi tekad buat pandu ibuku. Kita suka menyanyikan lagu ini semasa kecil, lagu Indonesia Raya.

Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.

Inilah lagu kebangsaan kita. Lagu ini diperdengarkan kali pertama pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sejak itu, lagu ini selalu dijadikan pengobar semangat para pejuang republik. Saya tak sangka, dari rahim perempuan bisa sampai pada lagu patriotik milik negara. Dari kasih ibu sampai pada kemerdekaan. Kemerdekaan adalah puncak kebahagiaan.

Salam takzim buat para ibu.

Kayen Yogyakarta, 17 Muharram 1432 H/ 23.12.2010

No comments:

Post a Comment