Friday, December 25, 2009

Pesan Politik dari Abad IX M di Candi Prambanan

Rachmad Resmiyanto

Saya belum pernah berkeliling dunia dan mengunjungi seluruh candi yang ada. Tapi, berdasarkan literatur-literatur yang saya baca, melihat beberapa foto, jika anda bertanya kepada saya, candi mana yang paling cantik, jawabannya adalah Candi Prambanan.

Saya sudah lupa berapa kali datang ke sini, mungkin sudah lebih dari 30 kali. Saya masih ingat, kali pertama datang bersama bapak dan adik perempuan. Pagi-pagi kami berangkat dari rumah. Adik dibonceng bapak dan saya pakai sepeda sendiri. Rumah kami berjarak lebih kurang 20 kilometer dari Candi Prambanan. Kami bersepeda mengelilingi kompleks candi seturut jalan aspal yang melingkarinya. Saya baru saja diterima sebagai murid baru di SMP Negeri I Klaten, sekolah favorit bagi anak-anak lulusan SD. Dalam daftar pengumuman, namaku tertera di urutan kedua. Nomor 1 namanya Dianita Prihandini. Anak itu punya NEM 46, Aku hanya 45,65 untuk 5 mata pelajaran. Saat itu baru senang-senangnya, dalam hati saya berkata, kelak, setiap berangkat ke sekolah, saya selalu naik sepeda.


Candi Prambanan didirikan pada abad IX M. Masa-masa sekitar itu merupakan masa emas peradaban di Jawa tengah dan Yogyakarta dalam pembangunan candi.

Sepanjang jalan Yogya-Solo, jika anda berangkat dari Yogya menuju Solo, candi ini akan nampak di kiri jalan, pinggir Kali Opak, kira-kira 20 km dari Yogya. Prambanan merupakan nama lokasi candi ini berdiri.

Dalam kompleks utama, ada 3 candi yang paling besar, Candi Wisnu, Candi Siwa dan Candi Brahma. Diantara ketiganya, Candi yang paling besar adalah Candi Siwa. Kerapkali, pengunjung tidak tahu menahu bahwa candi yang paling besar adalah Candi Siwa, tahunya bahwa candi itu Candi Prambanan. Masyarakat kadang menyebut candi ini sebagai Candi Roro Jonggrang. Nama ini amat erat dengan legenda yang menyelimuti candi.


Gambar maket Candi Prambanan. Ada 3 Candi Utama, di depan ketiganya merupakan candi wahana. Kmpleks candi utama dikelilingi oleh banyak candi kecil, candi perwara namanya. Gambar diambil dari http://siwagrha.wordpress.com


Candi Siwa punya 4 bilik. Bilik Utama, yang menghadap ke timur, memililiki ukuran ruang yang paling besar ketimbang bilik lainnya. Ada arca yang juga besar di sini, arca Siwa. Di bilik selatan, ruangan ditempati oleh Agastya, seorang pertapa dari kalangan Brahmana. Ia merupakan guru Siwa. Bilik Barat dihuni oleh Ganesha, sosok manusia berkepala gajah. Ganesha merupakan dewa ilmu pengetahuan. Posisi Ganesha sedang duduk bersila dan belalainya selalu meminum air dari satu mangkuk. Konon, ini merupakan lambang bahwa Ganesha selalu tak puas dalam menuntut ilmu. Di bilik utara ada Dewi Durga, nama lengkapnya Dewi Durga Mahisasuramardini. Keenam tangannya sedang memgang senjata. Ia menghadap ke utara, mata angin kematian. Dewi Durga merupakan dewi kematian.

Dewi Durga juga kerap dipanggil sebagai Roro Jonggrang. Arca inilah yang menggenapi sebagai arca ke-1000 akibat kegagalan Bandung Bondowoso ketika diminta Roro Jonggrang untuk membuat seribu candi dalam tempo semalam. Bandung marah pada Roro Jonggrang. Ia merasa ditipu. Maka, dikutuklah Roro Jonggrang menjadi arca untuk menggenapi candi. Inilah narasi legenda Candi Prambanan.

Agastya, Ganesha dan Durga merupakan keraba Siwa. Agastya adalah guru Siwa. Durga merupakan istri Siwa. Mereka beranak Ganesha.

Candi sering dibangun sebagai manifestasi raja. Siwa adalah sang raja. Ia dibantu kalangan agamawan (Agastya), kaum cerdik cendekia (Ganesha) dan para ksatria (Durga). Sebuah pemerintahan akan kuat jika ia ditopang oleh 4 kekuatan ini, pemimpin, agamawan, kaum cerdik cendekia dan para ksatria. Empat serangkai ini masih membutuhkan dukungan yang solid dari rakyat, ini dilambangkan dengan Candi-candi Perwara sebanyak 240-an yang mengelilingi Candi Utama. Candi perwara dibangun oleh rakyat. Raja mempersilakan rakyat yang mampu untuk membangun candi di sekitar candi utama. Inilah pesan politik dari abad kesembilan masehi. Saat itu Eropa masih gelap.

No comments:

Post a Comment