Wednesday, December 16, 2009

Bas Ahen Telah Kembali ke Allah

Senja itu, seusai bermain-main di Pantai Parangtritis, saya, Wahyuni, Joko Saefan, Pram, Febi, dan Rani istirhat sejenak dan memberishkan badan di parkiran motor. Kami mandi air tawar di bilik milik parkir, Mahal juga hrganya, 3000 rupiah per orang. Jika banyak yang antri, kami hanya dibatasi 5 menit saja. Untunglah saat itu, tak ada orang mengantri, kami bebas sekehendak hati. Joko masuk bilik kali pertama di antara kami. Febi menyusulnya dan kemudian saya. Yang lain memilih untuk tidak mandi.

Ada spanduk besar membentang di parkiran itu. Rupanya, mereka juga jualan kaos-kaos dagadu seharga 15 ribu rupiah. Joko yang pertama kali tertarik untuk membeli. Febi membeli juga, warnanya biru dongker.

Aku mengira kaos itu khusus bergambar atau bercerita tentang Parangtritis, tapi ternyata salah. Motif dan cerita kaos itu tentang Yogya dan apa saja. Aku lihat kaos Febi, menarik hati juga. Aku pun turut membeli satu biji. Aku beli kaos warna hitam, bergambar seorang paruh baya yang sedang mengendarai sepeda onthel berkeranjang besar di kiri kanannya, tulisannya "ONTHEL! DJOGJA Having fun with my bike". Tulisan yang lumayan unik. Entah dagadu asli atau bukan, aku tak peduli. Aju suka dengan kaos itu. Pihak Dagadu emmang melegalkan siapapun untuk menggunakan merek dagangnya dipakai oleh masyarakat kecil.

Di tengah-tengah keceriaan itu, beberapa sms menyusup ke teleponku.
'Innalillahi wa inna lillahi raji'un. Telah kembali ke rahmatullah pak Bas Ahen jam 18.00 di Jogja International Hospital".



Hari itu, Senin, 14 Desember 2009. Kami semua mengikuti kuliah Fisika Matematika Dr. rer. nat. Rosyid sampai pukul 15.30. Selepas itu, aku pulang sebentar ke kos menukar baju dan sandal kemudian melaju ke selatan Yogya, Pantai Parangtritis. Ini sebenarnya rencana dadakan.

Aku tak percaya membaca sms itu. Kutanya beberapa kawan lainnya, juga masih tak nyambung. Ketika beberapa sms bernada sama masuk, barulah kami tersadar bahwa kawan kami Bas Ahen telah kembali ke Allah. Bas berasal dari Gorontalo. Sudah berkeluarga memiliki 3 orang anak.

Dari Parangtritis kami langsung menuju ke RS Sardjito, tempat jenazah Bas Ahen disemayamkan seusai urusan dari Jogja International Hospital. Ramai sekali disana. Hampir semua kawan-kawan S2 telah di sana. Kami menunggu bersama, saling bertukuar cerita. Kaget dengan berita yang sama. Proses selesai, kami segera membawa jenazah Bas Ahen ke mushalla Asy Syifa milik RS Sardjito. Kami melakukan penghormatan terakhir sesama muslim, shalat jenazah bersama. Dalam shalat itu, turut profesor Kirbani.

Waktu sudah larut. Pukul 23.00. Aku, Joko, Wahyuni memutuskan pulang. Pram, Rani dan Febi sudah duluan.

Selamat jalan Pak Bas. Semoga mendapat rahmat dari Allah. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.


1 comment:

  1. innalillahi wainnaillaihi rojiun..slmat tinggl kakaq tercinta.. sy ridu skali sma kaka,,

    ReplyDelete